Latihan khusus tersebut tentunya bukan jenis yang dapat dikatakan mudah atau biasa. Karena tempa’an fisik sekaligus mental dipadupadankan dalam satu rangkaian kegiatan yang dapat membuat orang biasa akan menangis jika tidak kuat menjalaninya.
Nah, berikut ini adalah latihan tempur pasukan elit TNI yang sangat keras dan mampu membuat tentara-tentara dari berbagai negara terbengong dan lemas, walaupun hanya membayangkannya saja.
1. Berenang di kedalaman laut dengan beban puluhan kilogram
Untuk dapat lulus dan masuk menjadi pasukan elit Kopaska TNI AL, maka latihan yang harus dilakukan adalah dengan menjalani test berenang di kedalaman laut. Tidak hanya itu saja, beban yang harus dibawa juga tidak ringan, karena para tentara harus membawa persenjataan lengkap. Tas dengan berat yang berkilo-kilo serta harus berenang ke daratan setelah ‘dibuang’ di tengah laut dengan kaki dan tangan terikat.
Setelah mampu melepaskan diri dan berenang ke daratan dengan beban yang dibawanya, prajurit harus dapat bertahan hidup dengan meninggalkan semua persenjataan di pinggir pantai. Mereka hanya berbekal satu pisau komando saja untuk menuju ke tengah hutan dan berada di sana seorang diri selama beberapa hari. Banyak yang menganggapnya mustahil dilakukan, namun banyak juga mengatakan bahwa memang latihan anggota elit Kopaska TNI AL sedemikian beratnya.
2. Mode penjelajahan dan survival
Metode latihan pendidikan dasar yang harus dilalui seorang prajurit sebelum masuk menjadi bagian dari pasukan elit Kopassus adalah dengan menjalani mode penjelajahan dan survival di gunung dan hutan. Dalam sesi ini, prajurit akan disekap layaknya tawanan dan akan dilepaskan satu persatu tanpa dibekali senjata atau persediaan apapun. Mereka harus mampu bertahan dan dapat melarikan diri dari kejaran para musuh yang tak lain adalah instruktur.
Dalam simulasi ini, tembakan yang diberikan menggunakan peluru asli, karet dan hampa. Bahkan ketika tertangkap lagi, maka prajurit akan kembali dimasukkan ke dalam sel tahanan, diinterogasi sampai disiksa. Tentunya, dibutuhkan mental dan fisik yang benar-benar kuat untuk menjalani sesi satu ini.
3. Merangkak dengan diberondong tembakan menggunakan peluru asli
Jika tidak memiliki mental yang kuat, maka akan menangis atau terkencing-kencing dengan metode pelatihan yang dilakukan oleh pasukan elit TNI AU atau Paskhas ini. Dalam latihan yang sempat direkam dan diunggah ke YouTube tersebut, ada beberapa orang instruktur yang berdiri di atas menara dan menembaki para prajurit yang sedang berlatih dengan cara tiarap di sebuah lahan berlumpur.
Tidak tanggung-tanggung, banyak tembakan yang dilepaskan dengan menggunakan senjata semi otomatis AK-47 buatan Soviet untuk menguji mental dan kesiapan para prajurit elit Paskhas ini. Bahkan video tersebut menjadi viral dan ditonton sekaligus diulas berbagai pihak di seluruh dunia. Banyak orang yang menganggap bahwa metode latihan tersebut sangat tidak manusiawi. Namun justru hal inilah yang membuat para prajurit elit Paskhas memiliki ketangguhan dari sisi mental dan fisik dibandingkan dengan tentara-tentara dari negara lain.
4. Pelatihan survival dan uji daya tempuh
Dalam metode ini, seperti halnya model pelatihan penjelajahan dan survival. Para prajurit harus mampu bertahan hidup dengan pisau komando di dalam hutan sekitar 3 minggu. Mereka juga wajib untuk mampu membedakan antara tumbuhan yang beracun atau yang dapat dimakan dan berburu binatang liar.
Setelah tahap latihan hutan gunung tersebut, masih ada yang harus dilakukan yaitu melakukanlong march dari Situ Lembang ke Cilacap. Long march ini dilakukan dengan membawa amunisi lengkap, senjata dan banyak benda yang tentunya memiliki berat berkilo-kilo. Tidak hanya itu saja, ada model latihan yang harus dilakukan dengan berenang menyeberangi selat dari Cilacap menuju Nusakambangan. Edan!
5. Latihan ketahanan fisik dan mental
Detasemen Jala Mangkara atau biasa disingkat Denjaka adalah pasukan elit TNI AL yang menduduki posisi tertinggi di atas tentara TNI-AL dan marinir. Untuk masuk menjadi anggota Denjaka, latihan dan test yang diberlakukan amat sangat berat.
Selain ditenggelamkan di tengah laut ganas di sekitar Banyuwangi dengan tangan dan kaki terikat, prajurit juga harus mampu bertahan hidup di tengah hutan (Alas Purwo) dengan bekal hanya garam saja.Tidak ada persenjataan, makanan atau air minum yang dibawa karena para prajurit harus mampu bertahan hidup dengan memanfaatkan segala hal yang disediakan alam. Selain itu, prajurit juga harus memiliki IQ yang tinggi, secara personal harus menguasai teknik strategi individu.
Hanya itu saja? Tentu saja tidak, para prajurit ini juga harus dapat terjun, baik di waktu siang ataupun malam tanpa peralatan deteksi sinar inframerah dan wajib tepat di titik yang diwajibkan. Selain itu, untuk ketahanan menyelam, para prajurit wajib piawai menggunakan kompas dan menghitung derajat daerah sasaran. Setelah semua dapat dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan long march dari daerah Banyuwangi menuju Surabaya dengan jalan kaki dan bobot yang harus dibawa mencapai puluhan kilogram.
Tidak jarang dari para prajurit yang ingin melakukan latihan untuk mendapatkan baret khusus atau masuk dalam jajaran pasukan elit harus menerima pukulan, luka, sampai dengan kekerasan fisik lainnya. Mereka diharapkan mampu bertahan dari segala macam ancaman atau kondisi apapun. Jika tidak, maka akan dikembalikan ke divisinya semula atau dianggap gagal.
Sumber: http://boombastis.com/