Standard Missile 6 Raytheon (SM-6) Diijinkan untuk Penjualan Internasional

Standard Missile 6 Raytheon (SM-6)
Standard Missile 6 Raytheon (SM-6)

Standard Missile 6 Raytheon telah diijinkan oleh Pentagon untuk penjualan internasional dan trio negara Pasifik potensial kemungkinan akan menjadi pelanggan pertama.
SM-6, saat ini pada tahap produksi awal terbatas, adalah senjata utama dalam emerging distributed lethality concept dan Naval Integrated Fire Control Counter-Air (NIFC-CA) AL AS karena kemampuannya untuk menyerang sasaran udara, permukaan dan rudal balistik.
Dari lima operator internasional sistem tempur Aegis, tiga sedang dalam proses untuk upgrade sistem tempur untuk mengoperasikan SM-6, yaitu Australia, Jepang dan Korea Selatan.
Ketiga negara telah memiliki kapal kombatan dengan rudal yang diupgrade menjadi Aegis Baseline 9. Baseline 9 menggantikan komputer tertentu militer sistem tempur Aegis yang lebih lama dengan server komersial dipasaran untuk menangani data kapal yang didapat dari radar dan menambahkan prosesor multi-signal. Modifikasi tersebut memungkinkan sebuah kapal Aegis untuk mengambil informasi penargetan dari pihak ketiga untuk melakukan pencegatan ancaman peperangan udara dan laut menggunakan SM-6.
Kekhawatiran akan ekspansi kedua militer Korea Utara dan Tiongkok telah mendorong negara-negara di kawasan tersebut untuk juga mengembangkan kemampuan militer mereka, terutama di laut.
"Ini adalah program pembuatan kapal Aegis internasional yang sedang dalam konstruksi saat ini atau merupakan konstruksi baru," kata Thad Smith dari Raytheon kepada wartawan, Selasa (10/01).
Tiga kapal destroyer rudal kelas Hobart yang dibangun Australia telah ditetapkan untuk mendapatkan rudal pertahanan udara jarak jauh aktif serta upgrade sistem tempur ke Baseline 9.
Jepang memiliki dua kapal destroyer rudal 27DDG konstruksi baru 27DDG, yang akan mengoperasikan sistem tempur Aegis Baseline 9 dan dua kapal perusak kelas Atago Jepang juga direncanakan untuk mendapatkan upgrade Baseline 9.
Tiga kapal destroyer rudal Korea kelas Sejong the Great baru juga dibangun dengan Baseline 9 dan juga akan mengoperasikan interseptor pertahanan rudal balistik SM-3.
Sementara tiga negara tersebut semuanya dapat mengoperasikan SM-6, belum jelas apakah negara-negara itu akan diizinkan untuk menggunakan semua tiga mode rudal, yaitu - peperangan anti udara, anti-permukaan dan kemampuan pertahanan rudal balistik.
Karena rudal-rudal SM-6 memiliki kemampuan yang melekat untuk kesemua tiga misi itu, pemerintah AS akan menentukan yang mana dari fitur tersebut yang akan diaktifkan untuk penjualan internasional, kata Smith.
Selama beberapa tahun terakhir, Jepang, Australia dan Korea Selatan telah melakukan belanja pertahanan yang dapat melakukan saling berbagi informasi penargetan (share targeting information) dan data lainnya secara mudah dengan pasukan AS yang bisa membuat jaringan sekutu yang lebih saling terkait di Pasifik Barat.
Sumber : http://news.usni.org/

BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : Muns

Badas Indonesia