Jadi KSAU, Marsekal Hadi Ingin Beli Pesawat Baru

Marsekal Hadi Tjahjanto
Marsekal Hadi Tjahjanto

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) yang baru saja dilantik, Marsekal Hadi Tjahjanto, bertekad meremajakan alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Bukan dengan mendapatkan hibah bekas, melainkan beli pesawat baru.
"Keinginan kita beli, tidak hibah. namun beli pesawat baru," kata Hadi usai dilantik Presiden Jokowi di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (18/1/2016).
Dia mencontohkan pengganti pesawat-pesawat F-5 Tiger II. Pihak AU masih merencanakan pembelian baru.
Pengadaan alutsista adalah kewenangan Kementerian Pertahanan. Namun TNI AU akan memberikan spesifikasi teknis. Dia tak akan melihat merek sebagai pertimbangan utama, melainkan spesifikasi yang sesuai kebutuhan.
Selain itu, dia juga akan meremajakan radar-radar pertahanan udara. Hanya 20 radar sampai sejauh ini, tentu perlu ditambah.
"Akan ada penambahan 12 radar, sehingga total menjadi 32. Kita arahkan tidak ada bolong-bolong lagi apabila ada pesawat yang melanggar," ujarnya.
Tentunya dia juga memperhatikan untuk memakai industri dalam negeri dalam pengadaan alutsista. Perencanaan yang baik, matang, dan disertai manajemen yang tertata diyakininya bisa menghindarkan kecelakaan-kecelakaan pesawat militer.
"Kita akan laksanakan perencanaan yang transparan, sampai dengan pengadaan barang dan alutsista," ujarnya.
Intinya, semua akan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) hingga tahun 2024. Ini sesuai dengan harapan KSAU yang lama, Marsekal Agus Supriatna.
"Harapannya, apa yang sudah kita rencanakan di Renstra mudah mudahan itu diteruskan. Karena Renstra itu adalah hasil kajian seluruh personil dari bawah sampai atas. Mudah mudahan itu tetap diteruskan karena bikin Renstra itu tidak mudah. Semua stakeholder personel ikut," tutur Agus diwawancarai terpisah.
Kenapa Hadi Tjahjanto Merupakan KSAU yang Spesial?
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1986 dilantik menjadi Kepala Staf TNI AU (Kasau), Rabu (18/1/2017) di Istana Negara. Nama Hadi mulai dikenal publik saat menjadi Komandan Pangkalan Udara Adi Sumarmo, Solo tahun 2010 lalu. Ia memiliki latar belakang karir yang bisa dibilang jauh dari kursi Kasau. Tak ayal, Marsekal Hadi menjadi sosok yang amat spesial.
Lulusan Tahun Genap AAU Tak Pernah Jadi Kasau
Hadi Tjahjanto mematahkan mitos di kalangan TNI AU yang percaya bahwa lulusan AAU tahun genap tidak akan pernah menduduki puncuk pimpinan matra udara. Dalam sejarah TNI AU, setidaknya setelah AAU dibentuk, belum pernah ada Kasau yang berasal dari tahun genap.
Pernah Menjabat Kadispen TNI AU
Jabatan Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) bukanlah jabatan strategis. Padahal, Kadispen merupakan ‘wajah’ TNI AU. Hadi Tjahjanto sendiri pernah menjabat Kadispen TNI AU tahun 2013 hingga 2015 dan menjadi Kadispen pertama yang berhasil duduk di pucuk pimpinan TNI AU.
Komandan Lanud Solo Belum Pernah Jadi Kasau
Hadi Tjahjanto juga mencatatkan rekor sebagai Kasau pertama yang pernah menjabat sebagai Komandan Lanud Adi Sumarmo, Solo. Jabatan ini diemban saat Presiden Joko Widodo menjadi Walikota Solo di tahun 2010 hingga 2011 sebelum ditugaskan di Badan SAR Nasional (Basarnas).
Pernah ‘Keluar’ dari TNI
Hadi Tjahjanto pernah ditugaskan di luar struktur TNI AU dan juga TNI. Selepas menjadi Danlanud Adi Sumarmo, Solo Hadi ditugaskan menjadi Direktur Operasi dan Latihan Basarnas. Selain itu, setelah menjabat sebagai Danlanud Abdulrahman Saleh, Malang dan Kadispen TNI AU, Hadi kembali ‘keluar’ TNI dan menjadi Sekretaris Militer Presiden. Dengan catatan itu, Hadi mencatatkan namanya sebagai satu dari sangat sedikit Kasau yang pernah bertugas di luar lingkungan TNI.
Pernah Terbang di PC-6 Pilatus
Hadi Tjahjanto memulai karir menjadi penerbang pesawat angkut Casa 212 Skadron Udara 4, Lanud Abdulrahman Saleh, Malang. Tak lama setelah itu ia pindah menjadi penerbang PC-6 Pilatus di Satuan Udara Pertanian (Satudtani). Remigius Septian
Sumber : https://news.detik.com/ http://angkasa.co.id/

BAGIKAN KE ORANG TERDEKAT ANDA
ONE SHARE ONE CARE

Sekilas tentang penulis : Muns

Badas Indonesia