militer-id.blogspot.COM,.Kubu Raya, Kodam XII/Tanjungpura menggelar peringatan Hari Ulang Tahun ke 68 Infanteri di Halaman Makodam XII/Tpr Jl. Arteri Ali Anyang No. 1 Sungai Raya Kubu Raya, Kalbar, Senin (19/12). Peringatan HUT ke 68 Infanteri dipimpin oleh Irdam XII/Tpr Kolonel Inf Sudarmadi selaku Inspektur Upacara.
Tema peringatan HUT Infanteri kali ini “Dengan Semangat Yudha Wastu Pramuka, Prajurit Infanteri Bersama Rakyat Kuat, Hebat Dan Profesional Guna Meningkatkan Kemanunggalan TNI Rakyat Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI AD”.
Tumbuh dan berkembangnya Infanteri sebagai korps terbesar di Angkatan Darat tidak pernah terlepas dari sejarah perjuangan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dikatakan Danpussenif Kodiklat TNI AD dalam amanatnya yang dibacakan oleh Irdam XII/Tpr.
Salah satu catatan peristiwa penting yang menjadi tonggak sejarah infanteri adalah peristiwa saat menghadapi agresi militer belanda tanggal 19 Desember 1948. Dimana pada saat itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman mengeluarkan Perintah Kilat No. 1/PB/D/1948 yang ditujukan kepada Angkatan Perang RI untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu Perintah Siasat No. 1/1948 tanggal 12 Juni 1948, untuk melawan musuh dengan melaksanakan perang rakyat semesta dimana pasukan-pasukan yang hijrah melaksanakan aksi wingate (infiltrasi) dengan cara long march kembali ke wilayah masing-masing dan membentuk wehrkreise (kantong-kantong kekuatan) sebagai titik-titik kuat pertempuran gerilya, jelasnya.
“Bentuk dan siasat pertempuran yang digunakan tersebut merupakan taktik dan strategi prajurit infanteri untuk melanjutkan perjuangan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan”, tegasnya.
Dari peristiwa tanggal 19 Desember 1948 tersebut didapatkan nilai-nilai ketokohan, patriotisme, kepemimpinan dari seorang Panglima Besar Jenderal Sudirman, nilai kejuangan, profesionalisme keprajuritan dan sifat pantang menyerah serta nilai kemanunggalan TNI dengan rakyat yang harus selalu terpatri dalam jiwa, sikap dan tindakan setiap prajurit infanteri. Untuk mengabadikan nilai-nilai tersebut, maka TNI AD menetapkan hari tersebut sebagai “Hari Infanteri”, terang Irdam.
Selain itu, menurut catatan sejarah, pada tanggal 19 Desember 1948 yang bertepatan dengan Agresi Militer Belanda II, Mr Syafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai menteri Kemakmuran Kabinet Presiden Soekarno mendapatkan mandat dari presiden soekarno untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi Sumatera Barat, sebagai suatu bentuk perjuangan bangsa dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah karena Yogyakarta yang pada saat itu sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia diserang dan jatuh ke tangan Belanda.
Selanjutnya untuk mengenang Deklarasi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tersebut, melalui Keppres No. 28 Tahun 2006 menetapkan bahwa pada tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara, dimana pada tanggal tersebut di peringati juga sebagai Hari Infanteri di lingkungan TNI AD.
Dalam peringatan HUT Infanteri tersebut ditampilkan pasukan tradisional dan penyerahan Peleton Beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya etape terakhir. Kegiatan tersebut diikuti oleh prajurit jajaran Kodam XII/Tpr, Polri, Pelajar, Pramuka, Basarnas, Manggala Agni serta Organisasi Masyarakat yang ada di Pontianak dan Kubu Raya.
Tema peringatan HUT Infanteri kali ini “Dengan Semangat Yudha Wastu Pramuka, Prajurit Infanteri Bersama Rakyat Kuat, Hebat Dan Profesional Guna Meningkatkan Kemanunggalan TNI Rakyat Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI AD”.
Tumbuh dan berkembangnya Infanteri sebagai korps terbesar di Angkatan Darat tidak pernah terlepas dari sejarah perjuangan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dikatakan Danpussenif Kodiklat TNI AD dalam amanatnya yang dibacakan oleh Irdam XII/Tpr.
Salah satu catatan peristiwa penting yang menjadi tonggak sejarah infanteri adalah peristiwa saat menghadapi agresi militer belanda tanggal 19 Desember 1948. Dimana pada saat itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman mengeluarkan Perintah Kilat No. 1/PB/D/1948 yang ditujukan kepada Angkatan Perang RI untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu Perintah Siasat No. 1/1948 tanggal 12 Juni 1948, untuk melawan musuh dengan melaksanakan perang rakyat semesta dimana pasukan-pasukan yang hijrah melaksanakan aksi wingate (infiltrasi) dengan cara long march kembali ke wilayah masing-masing dan membentuk wehrkreise (kantong-kantong kekuatan) sebagai titik-titik kuat pertempuran gerilya, jelasnya.
“Bentuk dan siasat pertempuran yang digunakan tersebut merupakan taktik dan strategi prajurit infanteri untuk melanjutkan perjuangan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan”, tegasnya.
Dari peristiwa tanggal 19 Desember 1948 tersebut didapatkan nilai-nilai ketokohan, patriotisme, kepemimpinan dari seorang Panglima Besar Jenderal Sudirman, nilai kejuangan, profesionalisme keprajuritan dan sifat pantang menyerah serta nilai kemanunggalan TNI dengan rakyat yang harus selalu terpatri dalam jiwa, sikap dan tindakan setiap prajurit infanteri. Untuk mengabadikan nilai-nilai tersebut, maka TNI AD menetapkan hari tersebut sebagai “Hari Infanteri”, terang Irdam.
Selain itu, menurut catatan sejarah, pada tanggal 19 Desember 1948 yang bertepatan dengan Agresi Militer Belanda II, Mr Syafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai menteri Kemakmuran Kabinet Presiden Soekarno mendapatkan mandat dari presiden soekarno untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi Sumatera Barat, sebagai suatu bentuk perjuangan bangsa dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah karena Yogyakarta yang pada saat itu sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia diserang dan jatuh ke tangan Belanda.
Selanjutnya untuk mengenang Deklarasi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) tersebut, melalui Keppres No. 28 Tahun 2006 menetapkan bahwa pada tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara, dimana pada tanggal tersebut di peringati juga sebagai Hari Infanteri di lingkungan TNI AD.
Dalam peringatan HUT Infanteri tersebut ditampilkan pasukan tradisional dan penyerahan Peleton Beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya etape terakhir. Kegiatan tersebut diikuti oleh prajurit jajaran Kodam XII/Tpr, Polri, Pelajar, Pramuka, Basarnas, Manggala Agni serta Organisasi Masyarakat yang ada di Pontianak dan Kubu Raya.