militer-id.blogspot.COM,.JAKARTA,.(Puspen TNI). Posisi strategis Indonesia sangat rentan disusupi kepentingan asing dengan berbagai model perang yang berkembang saat ini, itulah sebabnya peran Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) sebagai kelompok intelektual muda merupakan generasi penerus yang sangat penting dalam menghadapi segala bentuk ancaman.
Demikian amanat tertulis Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang dibacakan oleh Kasum TNI Laksdya TNI Dr. Didit Herdiawan, M.P.A., M.B.A, pada acara pelantikan pengurus periode 2016-2021 dan rapat kerja Nasional IARMI 2016 di Gedung Nusantara IV DPR RI, Jakarta Selatan, Sabtu (3/12/2016).
Lebih lanjut disampaikan Panglima TNI bahwa Menwa mendapat pelatihan militer untuk dipersiapkan mempertahankan NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). “Segenap anggota IARMI harus memiliki semangat kebangsaan guna mempertahankan dan menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai,” ujarnya.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menuturkan bahwa, saat ini potensi ancaman bukan lagi datang dari serangan militer negara lain, melainkan kegiatan terorisme, gerakan separatis, dan aktivitas-aktivitas ilegal yang berkaitan dengan sumber daya alam yang bersifat multidimensional. “Ancaman tidak hanya berasal dari aksi aktor negara tetapi juga dari aksi aktor non negara,” katanya.
Panglima TNI juga mengatakan bahwa, karakter perang yang berkembang saat ini mengalami perubahan menjadi model peperangan non konvensional, non linear atau asimetris (asymetric warfare) dan patut dicermati bersama. “Perang asimetris yang bersifat multi-dimensional dapat berlangsung dalam berbagai sektor dan dipicu oleh aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, ideologi dan lainnya, akumulasi dari aspek tersebut akan mempengaruhi intensitas dan derajat ancaman yang dihadapi,” ungkapnya.
“Memiliki pertahanan yang tangguh dari berbagai macam perang yang berkembang saat ini adalah sebuah kebutuhan mendasar bagi setiap bangsa, karena kemampuan pertahanan tidak saja penting dalam menjaga keselamatan bangsa, namun juga merupakan simbol kekuatan serta sarana untuk menggapai cita-cita, tujuan, maupun kepentingan nasional,” ucap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Terkait Proxy War, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan secara sederhana bahwa peristiwa saling adu kekuatan di antara dua belah pihak yang bermusuhan dengan menggunakan pihak ketiga, dimana pihak ketiga ini sering disebut dengan boneka. “Pihak ketiga dapat berwujud LSM, Ormas, Kelompok Masyarakat atau Perorangan merupakan pihak yang tidak dikenal oleh siapapun, kecuali pihak yang mengendalikannya. Oleh karena itu, seluruh komponen bangsa harus waspada terhadap pihak-pihak yang akan menghancurkan bangsa Indonesia," tandasnya.. @ATR