tabung roket FZ219 |
Seiring dengan penyerahan heli serbu AS550C3 Fennec ke Skadron 12/Serbu Penerbad di Way Tuba, Lampung, bertambah pula pengguna sistem senjata berupa pod atau tabung roket FZ219 di TNI AD. Ya, Penerbad memang sudah lama mengandalkan tabung roket FZ219, dimulai sejak NBO-105 memperkuat skadron serbu Penerbangan TNI AD di Semarang.
Roket dianggap senjata helikopter sangat mumpuni. Biaya pengadaannya murah, sudah bisa dibuat di dalam negeri, dan daya hancurnya luar biasa terhadap perkubuan maupun musuh berupa personil yang terpencar.
Kode FZ di depan angka 219 merupakan inisial dari pabrikan pembuatnya, Forges de Zebrugge yang berpusat di Belgia. Pabrik ini sudah menyuplai sistem roket ke Angkatan Bersenjata lebih dari 55 negara, dengan 25 diantaranya tercatat masih aktif membeli. Banyak negara yang kesengsem dengan produk FZ karena tidak satupun komponennya yang menggunakan produk buatan Amerika Serikat, sehingga lebih aman dari ancaman embargo.
Pabriknya berlokasi di Herstal, kota yang sama dengan kota kelahiran pabrikan senjata Fabrique Nationale de Herstal. Forges de Zebrugge sendiri saat ini menjadi bagian dari konglomerasi industri pertahanan Thales dari Perancis.
Forges de Zebrugge merupakan spesialis sistem roket udara-darat dan memfokuskan pengembangan produknya di sekitar sistem pod dan roketnya. Untuk sistem persenjataan helikopter, FZ mengembangkan sistem pod roket dengan material komposit yang mengacu pada standarisasi MIL-STD 810H. Berkat penggunaan material komposit tersebut, bobot pod roket buatannya sangatlah ringan, tidak sampai 40 kilogram. Bandingkan dengan pod roket M159 atau M261 yang berbahan alumunium buatan Amerika Serikat, bobotnya mencapai 76kilogram.
Pada dasarnya, tabung roket yang dibuat oleh FZ terdiri dari tiga kelas: tabung dengan kapasitas 7 roket (FZ233 dan FZ220), 12 tabung (FZ231 dan FZ219), serta 19 tabung (FZ225 dan FZ207). Seluruhnya menggunakan roket 2,75 inci alias FFAR (Fin Folded Aerial Rocket). Sejatinya sesuai dengan rekomendasi pabrikan, AS550C3/ H125 seharusnya menggunakan tabung FZ220 yang sesuai dengan AS550C3 yang tenaga dan daya angkutnya lebih kecil dari NBO-105, tetapi Penerbad mungkin mempertimbangkan daya saturasi dan kebutuhan untuk lebih banyak roket, sehingga FZ219 pun dipasang ke Fennec.
Sistem FZ219 yang memiliki bobot kosong 29kg dan panjang 1.658mm dipasang di sayap kecil atau stub wing yang posisinya ada di belakang kabin penumpang AS550C3. Bentuk penampang tabungnya sendiri berbentuk seperti berlian (diamond shaped). Untuk menjamin bahwa tabung berumur panjang, sekuensial peluncuran roket dibuat acak.
Artinya ketika roket meluncur keluar dari tabung, maka roket berikutnya akan meluncur dari tabung yang tidak bersebelahan dengan posisi tabung yang baru saja melepaskan roketnya. Untuk membidikkan roket, pilot akan membidik sasaran dengan sistem bidik prismatik T100 buatan Thales, yang sudah jadi langganan helikopter buatan Airbus yang dipasangi tabung roket.
Walaupun kita bisa bernapas lega karena AS550C3 Fennec sudah diserahkan dalam kondisi dilengkapi senjata, tak ada salahnya untuk dapat bermimpi agar senjata tak sebatas roket dan senapan mesin. Roket pintar seperti FZ275LGR yang memiliki kemampuan untuk dipandu laser seharusnya juga dilirik, apalagi roket pintar ini bisa diluncurkan dari tabung roket FZ219 standar.
Yang perlu dibeli adalah sistem pemandu laser semi aktifnya. Dengan manfaat berlipat ganda, sudah saatnya Penerbad beralih dari sekedar roket dan senapan mesin untuk heli-heli serbunya.
Author: Aryo Nugroho
Author: Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/