Nose Art |
Nose Art adalah seni hias dekoratif pada pesawat militer yang biasanya diletakan pada bagian moncong pesawat. Bentuknya beragam, mulai dari sekedar tulisan, gambar, atau gabungan dari keduanya.
Nose Art sebenarnya bisa juga disebut sebagai Graffiti. Tidak ada pakem khusus dalam pembuatan nose art karena setiap orang mempunyai kepentingan yang berbeda. Misalnya saja ada yang ingin pesawatnya terlihat garang, tapi ada juga yang sekedar menulis nama pacarnya, atau menggambarkan tokoh-tokoh perfilman yang sedang populer saat itu. Bahkan saat perang teluk berlangsung banyak pesawat-pesawat dari Pasukan Koalisi yang mebuat Nose Art dengan tujuan untuk mencaci maki lawannya.
Para pelukis atau pembuat seni ini hampir sebagian besar bukanlah pelukis profesional. Mereka merupakan para anggota skadron yang memiliki talenta lebih di bidang lukis. Saat PD II berlangsung, paling tidak ada dua orang yang cukup berpengaruh dan terlibat dalam pembuatan Nose Art.
Pertama adalah Alberto Vargas, seorang illustrator dari majalah Esquire yang karyanya selalu menggambarkan wanita-wanita seksi dengan posisi sensual. Hal ini kemudian sering menjadi inspirasi para pilot untuk membuat lukisan di pesawatnya. Vargas sendiri selalu menyebut karyanya dengan Varga Girl. Dia membuat karya-karyanya dengan menggunakan teknik airbrush yang saat itu memang baru dikenal.
Kedua adalah Phil Brinkman, seorang pekerja biro iklan yang memang karyanya khusus dibuat untuk Nose Art. Brinkman menamakan karyanya Zodiac Squadron.
Sesuai dengan namanya, yang digambarkan adalah lambang-lambang dari zodiak bintang kelahiran yang diolah menjadi ilustrasi yang menarik. Dia merencanakan akan membuat sebanyak 12 karya, tapi yang terealisasi cuma 11. Semua karyanya berasal dari skadron ke-834 dengan jenis pesawat B-24 Liberator.
Kalau dilihat dari sejarahnya, seni ini berkembang saat berlangsungnya PD II di kalangan AU AS. Setelah populer di kalangan penerbang AS, AU Jerman (Luftwaffe) pun melakukan hal serupa pada pesawat Messerschmitt Bf 109. Beberapa lukisan tidak mewakili kejadian atau lambang apapun, seperti lukisan Mickey Mouse di pesawat yang diterbangkan oleh Adolf Galland.
Seni Nose Art sempat mendapatkan tentangan. Bukan dari komandan ataupun masyarakat umum, melainkan dari para ibu yang putra-putranya turut bertempur menjadi awak pesawat pembom. Mereka keberatan karena gambar yang tertera di pesawat dianggap terlalu vulgar yang menggabarkan wanita-wanita bertubuh seksi.
Salah satu Nose Art yang menjadi legenda adalah motif moncong hiu pada pesawat P-40 Kittyhawk yang tergabung dalam American Volunteer Group (AVG) di China dan Tulisan Enola Gay pada pesawat B-29-45-MO Superfortress yang menjatuhkan bom atom di atas Kota Hiroshima.
Seiring perjalanan waktu, seni Nose Art tidak lagi sepopuler saat PD II berlangsung. Tapi kegiatan ini masih dapat dilihat pada pesawat generasi akhir seperti bentuk stilisasi bendera AS pada pesawat F-22 Raptor.
Di TNI AU sendiri tidak terdapat budaya seperti ini. Meski demikian bukan berarti jajaran pesawatnya di cat polos semua. Pada era pesawat P-51D Mustang ada beberapa pesawat bertuliskan Marabuntha dan Sally. Remigius Septian & Harzan DJ
Sumber : http://angkasa.co.id/